"Gw baru tahu kalo itu masjid ada sejarahnya"
Komen seorang teman saat saya memosting kegiatan bersepeda saya ke Masjid Jami Kali Pasir yang ada di Kota Tangerang. Kawan itu padahal orang Tangerang aseli. Dia tahu masjid itu sebagai cagar budaya, tapi belum tahu nilai sejarah yang ada di Masjid tersebut. Saya juga tahu ada masjid tua tersebut saat ingin mencari tahu sejarah lokal Kota Tangerang. Saya selalu tertarik dengan sejarah kota yang saya tinggali. Kebetulan sudah 5 tahun belakangan saya tinggal di Kota Tangerang. Padahal masjid ini menyimpan sejarah panjang syiar Islam di Tangerang.
Adalah JJ Rizal yang meyadarkan saya tentang mengenal sejarah kota tempat kita tinggal. Satu hari, mengisi waktu jelang berbuka puasa, saya mendengar penjelasan sejarawan muda yang tinggal di Depok tersebut. Acara digelar di depan Margo City, pusat perbelanjaan yang ada di Jalan Margonda, yang pembangunannya terpaksa mengorbankan nilai sejarah Rumah Tua Pondok Cina. Memang tidak dibongkar. Tapi penggunaannya saat ini jelas telah menghilangkan jejak sejarah di Kota Depok. Oiya, terkait jalan Margonda sendiri banyak yang belum tahu kalo nama jalan itu diambil dari satu tokoh Gedoran Depok. Peristiwa saat Kota Depok enggan mengakui kemerdekaan Republik Indonesia. Lalu pada 7 Oktober 1945, sejumlah pemuda Indonesia melakukan gerakan revolusioner agar Depok bersedia mengakui kemerdekaan NKRI. Puncaknya pada 11 Oktober 1945, ribuan pemuda Indonesia menyerbu Kota Depok. Peristiwa ini mengenalkan beberapa nama pemuda seperti Margonda, Tole Iskandar dan Mochtar, yang kini menjadi nama jalan di Depok.
Saat itu Rizal menyayangkan Kota Depok tercerabut dari sejarah lokalnya. Sehingga kota ini bingung ingin mendefinisikan kotanya sebagai apa. Depok, menurut Rizal, identik dengan air, tapi mayoritas situ sekarang rusak dan Depok kesulitan mengendalikan lajur air saat musim penghujan dan menyebabkan banjir. Depok juga kota sains, karena Cornelis Chastelein, tuan tanah yang pertama membuka lahan di Depok sejak 1969, adalah seorang peneliti. Tapi sayangnya Chastelein hanya dikenal sebagai penginjil, "Ini bukti warga Depok tidak mengenal siapa itu Chastelein" ujarnya.
Hari-hari belakangan banyak dari kita kerap lupa melihat ke Belakang. Terbaru dalam tragedi kemanusiaan di Palestina. Jika kita hanya melihat saat ini, maka apa yang terjadi di Palestina bermula dari tanggal 7 Oktober 2023, ketika pejuang Palestina melakukan serangan ke Israel. Tapi jika kita mau melihat jauh ke belakang tahun 1967 misalnya atau ke belakang lagi di 1948, maka kita akan memahami apa yang terjadi pada 7 Oktober tersebut secara obyektif. Belakangan, maraknya media sosial, fakta-fakta ini mulai terbuka. Banyak yang selama ini menganggap Israel sebagai korban mulai berpikir sebaliknya. Masyarakat dunia mulai menyadari bahwa tindakan barbar zionis Israel menjadi penyebab krisis yang terjadi di Palestina.
Belajar sejarah sejatinya bukan hanya mengingat tanggal dan nama tokoh yang meliputi peristiwa tersebut. Sebaliknya, saat belajar sejarah kita memahami kenapa sebuah peristiwa itu bisa terjadi dan apa yang kita bisa pelajari agar ke depan peristiwa-peristiwa kelam tidak terulang atau peristiwa-peristiwa manis bisa kembali terjadi bahkan lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana dikatakan JJ Rizal, "Sejarah tidak hanya dikenang namun juga sebagai bahan renungan terhadap nilai-nilai perjuangan".
Maka saat ada ketua partai politik mengatakan tidak tahu Orde Baru ini menjadi alarm bagi kehidupan politik Indonesia ke depan. Bagaimana mau bangkit dan lebih baik tapi tidak mengetahui apa-apa yang pernah terjadi di Indonesia. Mayoritas sepakat apa yang terjadi selama 32 tahun pada masa Orde Baru jangan sampai terulang lagi di negeri ini. Meski bisa saja sang ketua partai belum lahir saat Orde Baru, tapi tidak ada salahnya untuk mempelajari atau bertanya kepada yang lebih senior apa yang terjadi saat itu. Mempelajari masa lalu bukan untuk sekedar meromantisasi peristiwa, tapi agar kita bisa melakukan komparasi apa yang dulu pernah terjadi untuk saat ini. Terlebih bagi para calon pemimpin bangsa, rasanya tidak hanya perlu belajar tentang Orde Baru, tapi juga Orde Lama dan masa-masa kemerdekaan lainnya.
Tidak ada komentar