Jalan Kaki Itu Menyehatkan, Tapi di Indonesia Nyawa Taruhannya




"Astaghfirullah" terucap dari mulut saat angkot yang saya tumpangi membanting setir ke kanan menghindari dua pejalan kaki dari arah berlawanan. Detik berikutnya sumpah serapah keluar dari supir angkot, yang dibalas juga dengan makian dari pejalan kaki tersebut. Supir angkot jelas tidak merasa salah, karena ia berada di jalurnya. Kedua pejalan kaki tadi juga tidak ada pilihan lain mengingat langsung menempel pada bahu jalan saluran air yang mampet dan langsung menempel tembok gedung bangunan. 

Jalan kaki memang aktivitas yang murah dan siapa saja bisa melakukannya. Banyak penelitian sebut jalan kaki baik bagi kesehatan jantung, paru dan lain sebagainya. Sebuah iklan susu bahkan mengkampanyekan jalan kaki sebanyak 10.000 langkah perhari untuk menghindari keroposnya tulang. 

Beberapa pemikir dunia seperti Nietzsche, Rimbaud dan Rousseau, sebagaimana ditulis Frederic Gros dalam a Philosophy of Walking merupakan pejalan kaki yang tak kenal lelah. Baginya jalan kaki akan mendatangkan inspirasi kreativitas, membangkitkan kebebasan, dan menenangkan jiwa yang bermasalah. 

Mudah, murah dan banyak manfaat dari sisi kesehatan tidak membuat jalan kaki familiar di Indonesia. Bayangkan untuk beli ke toko ritel yang tidak sampai 500 meter saja kita masih menggunakan kendaraan bermotor. Ini diamini oleh survey Stanford University yang mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara paling malas berjalan kaki di seluruh dunia. Studi tersebut menyebut bahwa rata-rata orang Indonesia berjalan kaki hanya 3.513 langkah per hari. Jauh dari Hongkong yang masyarakatnya rata-rata berjalan kaki 6.880 langkah atau 6 km per hari.

Minimnya fasilitas pejalan kaki menjadi satu faktor masyarakat Indonesia malas melangkah. Jalan kaki yang diklaim murah dan mudah nyatanya di Indonesia tidak. Pedestrian yang turun naik dan rentan keseleo. Atau jikapun ada hanya sekedar dan sudah habis ruangnya buat pot tanaman yang juga tidak terurus, membuat aktivitas jalan kaki jadi menyeramkan. Data Korlantas Polri hingga Agustus 2023 mencatat sebanyak 10.428 pejalan kaki menjadi korban kecelakaan lalu lintas di jalan raya di seluruh wilayah Indonesia.

Beberapa wilayah di Jakarta yang telah memiliki pedestrian yang bagus, dalam artian nyaman dan aman, kita akan lihat fenomena banyak pejalan kaki di waktu pagi, siang dan sore. Ini menandakan kehadiran fasilitas pedestrian akan membangun budaya melangkah di masyarakat. Meski ini juga masih tidak lepas dari entengnya para pengendara kendaraan bermotor mengokupasi dengan alasan menghindari macet dan sinergi tukang parkir dan pemilik usaha menggunakan pedestrian untuk lahan parkir. 

Fasilitas pedestrian yang tidak layak ditambah belum dewasanya pengguna kendaraan bermotor ini menjadi momok menakutkan bagi para pejalan kaki. Meski mudah, murah dan menyehatkan, tetapi jika nyawa taruhannya siapa juga yang mau. 


Tidak ada komentar