Saat Pesan Tidak Terbaca, Al-Kindi Memecahkannya






Satu keberhasilan Nazi dalam perang dunia ke 2 adalah penggunaan mesin sandi enigma untuk mengirimkan pesan rahasia ke pasukannya. Mesin ini dikenal sangat sulit dipecahkan oleh pasukan sekutu saat itu. Setiap hari kodenya selalu berubah. Maka kode yang hari ini dibaca A, di hari esok bisa jadi dibaca E dan begitu setiap harinya berubah. Hingga akhirnya Alan Turing dan tim bisa memecahkannya, maka itu menjadi awal kekalahan Nazi dari sekutu. 

Kisah Alan Turing ini diperankan dengan baik oleh Benedict Benedict Cumberbatch, yang dikenal lewat serial Sherlock Holmes, dalam film Imitation Game. 

Bagi Simon Singh, jurnalis dan penulis tema sains dan matematika, kisah para pemecah kode ini sangat menarik. Bagi dia pada dasarnya ini adalah kegiatan rahasia di mana tujuan si pemecah kode memberi tahu pihak musuh atau lawannya bahwa kodenya telah dipecahkan lalu kode tersebut akan ditingkatkan kembali keamanan dan kerahasiaannya sehingga si pemecah kode akan kembali dalam aktivitas awalnya. 

Kehidupan para pemecah kode sangat menarik bagi Simon Singh. Seperti Turing, pemecah kode sangat berkontribusi dalam perubahan dunia, namun banyak dari mereka tidak mendapat pengakuan. Maka lewat The Science of Secrecy ia ingin mengisahkan kehidupan pemecah kode yang mengubah sejarah dengan pencapaian intelektualnya. 

Dalam film ini seorang sejarawan mengisahkan penemuan sebuah manuskrip Arab kuno yang menggambarkan bagaimana seorang polymath abad kesembilan yang bekerja di Baghdad telah menjadi bapak ilmu pemecah kode, atau dikenal sebagai kriptanalisis.

Seorang cerdas pada abad kesembilas itu bernama Abu Yusuf Ya’qub ibn Ishaq Al-Kindi, yang pada sekitar 850 Masehi menulis buku berjudul Risalah fi Istikhraj al-Mua'amma (Risalah Pemecahan Sandi), yang menjadi dasar ilmu kriptologi modern. 

Al-Kindi lahir di Kufah, sebuah kota di Irak sekitar tahun 800 Masehi, yang saat itu menjadi pusat pembelajaran dan kebudayaan Islam. Lalu ia diminta pindah, atau memilih, oleh Khalifah Al-Ma'mun, ke Baghdad. Bersama Al-Khawarizmi di Bait Al-Hikmah, yang awalnya dibangun sebagai perpustakaan koleksi bacaan pribadi Khalifah Harun ar-Rashid, Al- Kindi menerjemahkan teks-teks Yunani ke Bahasa Arab. 

Metode Al-Kindi dalam memecahkan kode didasarkan pada teknik matematika yang juga dikembangkan oleh ilmuawan Arab. Profesor Mohammed Mrayati, sejarawan PBB yang berbasis di Lebanon, yang mengenalkan transkrip Al-Kindi kepada Simon Singh mengatakan manuskrip al-Kindi diskusi statistik paling awal yang diketahui.

Metode Al Kindi kemudian dikenal dengan analisis frekuensi dan masih tetap dipakai oleh para pemecah kode hingga saat ini. 


Bahan bacaan artikel ini: 
https://simonsingh.net/media/articles/maths-and-science/arab-code-breakers/
https://muslimheritage.com/al-kindi-cryptography/

Tidak ada komentar