29 Maret







And love is not the easy thing

The only baggage you can bring

Is all that you can't leave behind


 ⁃ walk on (U2) - 



Tanggal 29 tepatnya di bulan Maret selalu menjadi tanggal istimewa dalam kehidupan saya selain tanggal 14 Januari. Setidaknya ada 3 peristiwa yang menyebabkan tanggal ini akan selalu terngiang. 


Pertama tanggal 29 Maret menjadi hari lahir dari organisasi mahasiswa Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), organisasi mahasiswa pertama yang sempat saya ikuti. Saya memang tidak lama di organisasi ini, dan hanya sempat mengikuti Daulah Marhalah (DM) 1 dari beberapa DM yang menjadi jenjang syarat keanggotaan organisasi ini, tapi dengan sedikit waktu berkiprah di organisasi ini membuat saya yang tadinya susah mengeluarkan gagasan dan hanya menjadi pendiam dalam sesi diskusi menjadi lebih berani untuk speak up, dan organisasi ini pula yang nantinya akan membuat tanggal 29 Maret menjadi lebih istimewa dalam hidup saya. 


Peristiwa kedua yang membuat tanggal 29 Maret harus saya garis bawahi karena di tanggal ini pula Program Pendidikan Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an secara resmi berdiri. Ini merupakan lembaga nirlaba penghimpun dana sedekah dan zakat yang hasilnya digunakan untuk mencetak penghafal Al-Qur’an. Lembaga ini pula menjadi tempat pertama saya merasakan dunia kantor setelah 7 tahun kuliah. Yah, saya memang paling telat dibanding dengan teman-teman seangkatan untuk menyelesaikan kuliah. Di PPPA saya mengenal lebih dekat banyak guru seperti KH Yusuf Mansur, Ustaz Ahmad Jamil, Ustad Anwar Sani dan Ustad Tarmizi Ashidiq. Dari awal menjadi relawan hingga saat ini saya dipercaya untuk memimpin unit komunikasi di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an. 


Kemudian tanggal 29 Maret menjadi istimewa karena pada tanggal tersebut di tahun 1983, lahir seorang perempuan di Jakarta yang oleh kedua orangtuanya diberi nama Diyah Kusumawardhani. Perempuan yang saya kenal pada tahun 2004 sebagai aktivis KAMMI dan kemudian pada tanggal 3 Januari 2010 saya jadikan istri. Bila KAMMI adalah organisasi pertama dan PPPA kantor pertama, maka Diyah juga perempuan pertama yang sangat saya seriusi untuk dimiliki. Percaya tidak percaya, sejak saya beranjak remaja hingga kuliah tidak mengenal hubungan yang namanya pacaran. Bukan karena alasan agama saat itu, tapi entah mengapa saya sangat kaku berhubungan dengan perempuan. Ini juga bukan soal gak kepengen, karena hasrat itu selalu ada, tapi yah selalu susah saja. Pernah saat SMA dan kesempatan terbuka untuk ‘nembak’ perempuan yang sebenarnya sejak masa ospek sudah saya perhatikan itu tidak saya lakukan. Yang lebih kelewatan saat kawan SMA tersebut sudah menghampiri saya saat sesi istirahat di dalam kelas dan mulai mengarahkan pembicaraan, saya malah meninggalkannya sendirian untuk ke kantin dan memesan mie ayam.


Hingga akhirnya dibangku kuliah saat kelas Ekonomi Internasional saya melihat seseorang berjilbab panjang dengan tas ransel yang penuh terisi masuk kelas dengan senyum tersipu ke dosen dan langsung mengambil kursi di samping saya yang kosong. Saat itu, meminjam becandaan trio warkop, dalam hati saya langsung bertekad, “yang ini jangan sampai terlepas”. 


Tidak mudah memang untuk mendapatkannya. Beberapa kali umpan yang saya lempar gak pernah ditangkap. Hingga akhirnya kami sibuk dalam dunia pekerjaan. Saya sempat beberapa kali ajak ketemuan, tapi dia selalu tidak punya waktu yang memaksa saya mengikuti perkembangan lewat tulisan yang kerap dibagikannya lewat blog. Hingga akhirnya sebuah telpon saat malam seusai pulang kerja membuat kami saling bersepakat untuk bersama mengkahiri masa lajang. 


Perempuan yang aktif dan bisa dibilang gigih, meski terkadang rapuh. Perempuan yang punya banyak mimpi besar tapi ikhlas dan rela menepikan impiannya tersebut. Perempuan yang harus banyak kehilangan waktu bersama teman-temannya dan memilih bermain bersama kelima anak sambil menunggu suami pulang. Perempuan yang meminjam lirik U2 di awal tulisan memahami bahwa jalan cinta itu tidak mudah dan satu-satunya bagasi pribadi adalah semua yang harus ditinggalkan.


Terima kasih atas segala kesabaran, ketulusan dan semua kebaikan yang telah diberikan. 


Maafkan atas banyak kekurangan yang ada 


Selamat Milad tuk Menik, semua kebaikan dan keberkahan senantiasa terus bersama.

1 komentar