Tahun 2000-an, penceramah muda hilir mudik wajahnya di televisi nasional. Badannya mungil dan berkacamata. Seringnya menggunakan peci putih dan baju songkok putih. Kadang bersarung. Kehadirannya kerap ditunggu masyarakat muslim termasuk saya.
Bahasan dakwahnya tidak main-main. Tentang tauhid. Tapi dibawakan dengan simpel dan membumi. Dekat dengan bahasa keseharian masyarakat. Bila saat itu banyak terpikir untuk menjadi cepat kaya adalah dengan bekerja diiringi menjilat dan menginjak kawan untuk sampai ke puncak. Beliau menyadarkan bahwa mendekat kepada Allah akan menjadikan berkah hasil usaha kita, ketimbang mendekat seraya mengharap kepada atasan di tempat kerja.
“Kekayaan itu bukan soal nominalnya. Tapi berkahnya. Jika banyaknya tidak mendatangkan keberkahan maka akan menjadi masalah” ujarnya.
Begitu juga bagi mereka yang lama menjomblo dan merindu jodoh lalu berharap dapat pendamping yang baik, ia juga menyadarkan bahwa caranya bukan dengan “pencitraan” tanpa isi, tetapi dengan lebih sering menggelar sajadah dan meminta kepada si pemberi jodoh. Allah swt.
Lewat slogan “Allah dulu, Allah lagi, Allah terus” sekali lagi mengajarkan tauhid dengan bahasa yang mudah dimengerti siapa saja.
Penceramah muda tersebut bernama lengkap Jam'an Nurkhatib Mansur yang kerap dikenal dengan Yusuf Mansur. Cicit ulama besar Betawi KH Muhammad Mansur, ulama berpengaruh yang berjasa dalam perjuangan jelang kemerdekaan Indonesia.
Terobosan dakwahnya yang fenomenal adalah ajakan untuk menghafal Alquran dan bersedekah. Bila sebelumnya menganggap menghafal Alquran itu susah dan berat maka lewat one day one ayat, dai muda tersebut memotivasi siapa saja untuk menghafal Alquran. Maka tidak salah dalam sebuah wawancara dengan saya, Prof Dr. Ahsin Sakho, pakar tafsir Alquran, mengatakan,
“Bila selama ini menghafal Alquran hanya milik dunia pondok. Maka lewat gerakan dakwah beliau, menghafal Alquran menjadi lifestyle. Kini setiap sekolah menjadi tahfizh Alquran menjadi program unggulan untuk menarik siswa baru dan itu tidak hanya di sekolah agama tapi juga sekolah umum”
Yang juga identik dengan dakwanya adalah ajakan untuk bersedekah. Lewat sejumlah kisah ia mengajak kita, umat islam, untuk menjadikan sedekah sebagai jalan untuk sukses dunia akhirat. Lewat sejumlah testimoni dari pelaku sedekah dan dirinya sendiri, kini sedekah sudah menjadi habit di banyak umat Islam.
Selain bahasanya yang sederhana dan membumi, dakwahnya bisa langsung melekat di hati banyak orang adalah karena beliau menjadi pelakunya sendiri. Ketika mengajak orang bersedekah maka beliau sudah memulainya terlebih dahulu. Begitu juga ketika mengajak orang untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya sandaran, perjalanan hidup beliau sudah mengamalkan ajaran tersebut.
Lewat slogan Dream, Pray, Action, beliau mengajarkan langkah sukses bisa diraih dengan memasang mimpi, lalu berdoa dan beraksi menjemput mimpi tersebut dengan tidak lupa mengiringi semua ikhtiar kita dengan amal-amal kebaikan.
Jalan dakwahnya memang tidak selalu mulus dan kerap ada nyinyiran terhadap metodenya. Tapi beliau tidak kabur dan menghindar. Sebaliknya beliau tetap menghadapi bahkan tidak jarang meminta maaf secara terbuka seolah ingin mengajarkan bahwa manusia itu tidak akan terlepas dari salah dan dosa dan yang terbaik adalah yang mengakui kesalahan dan bertekad tidak mengulanginya lagi.
Tidak hanya soal agama, beliau juga peduli akan ekonomi umat. Lewat Paytren beliau ingin umat juga memegang kendali atas ekonomi. Tidak hanya sebagai pengguna tapi juga sebagai user. Dengan segala jatuh bangun dan buly, bahkan disebut unit usahanya haram. Beliau tidak mundur dan tidak patah semangat. Perlahan semua rintangan dilalui dan diperbaiki. Sebagaimana pesannya yang kerap disampaikan kepada para santrinya, “Kita harus terus belajar dalam keadaan apapun”
Jalan dakwahnya masih panjang dan setiap keputusannya akan diuji oleh waktu. Tapi beliau telah punya bekal untuk menghadapi setiap puja dan caci. Seperti ditulis oleh Dahlan Iskan dalam blognya, “Ustadz YM sudah pernah jatuh. Lalu mampu bangun. Itu penting. Sudah tahu rasanya terpuruk. Tidak akan terjatuh di lubang yang sama. Tapi masih banyak lubang lainnya: itulah perlunya pengalaman terpuruk tadi.”
Hari ini, 19 Desember 2019, adalah hari lahirnya yang ke 43. Selamat milad guru. Semoga keberkahan selalu mewarnai setiap detiknya dan selalu mengajari kami bagaimana menjadi the winner.
Tidak ada komentar