Menengok Musium Cruquius, Saksi Bagaimana Akhirnya Belanda Memilih Bersahabat Dengan Air Ketimbang Melawannya





Pada awal abad ke-16, tiga danau yang terletak di antara Amsterdam, Haarlem dan Leiden bergabung untuk membentuk danau terbesar di provinsi Belanda Utara, yang kemudian dikenal sebagai Haarlemmermeer. 

Selama berabad-abad, danau liar ini menjadi ancaman bagi desa dan kota di sekitarnya seperti Leiden dan Amsterdam. Sesuatu harus dilakukan untuk menetralisir ancaman ini hingga tercetus ide untuk menguras dan membuat airnya mengalir.

Pada tahun 1836 badai besar terjadi dimana air menyapu gerbang kota Leiden dan Amsterdam.  Kondisi ini membuat Raja William 1 menandatangin pembentukan Haarlemmermeer Drainage Act pada 22 Maret 1839. Setelah itu, sebuah komite dibentuk yang anggotanya termasuk insinyur, M.G. Beijerinck. Pekerjaan dimulai pada 5 Mei 1840 di belakang lahan pertanian Treslong dekat Hillegom. Ini menandakan dimulainya penggalian Ringdijk dan Ringvaart, kanal yang panjangnya 60 kilometer.

Pertanyaannya adalah: bagaimana mungkin memompa 800.000.000 meter kubik air?

Akhirnya teknologi tenaga uap dipilih.  Tiga stasiun pompa uap dibeli, masing-masing menghasilkan 360 tenaga kuda.

Pada tahun 1849, asap hitam mengepul dari tiga cerobong stasiun pomp yang masing-masing diberi nama Leeghwater, Lynden, dan Cruquius. Konsumsi batu bara yang besar membuat ketiga mesin bekerja maksimal, hasilnya hanya dalam waktu tiga tahun mereka berhasil mengeringkan seluruh danau Haarlemm. 

Pada 1853, sebuah keputusan diambil untuk mendirikan dua desa. Dua desa baru ini awalnya bernama Kruisdorp dan Venneperdorp. Mereka kemudian berganti nama menjadi Hoofddorp dan Nieuw-Vennep. Haarlemmermeer menjadi kota mandiri pada tanggal 11 Juli 1855. Hanya beberapa waktu setelah Perang Dunia Kedua, daerah yang sulit diakses ini menjadi salah satu kota paling penting di Belanda.

Alhamdulillah, di sela-sela Harlem Jamborette 2019 kontingan Daqu diajak melihat Cruquius Steam Drainage Pumping, salah satu mesin pompa raksasa tersebut, yang berfungsi memompa air untuk selanjutnya dialirkan ke kanal-kanal yang dibangun Belanda sebagai sirkulasi air. 



Museum Cruquius menceritakan tentang pertempuran Belanda kuno melawan air. Reklamasi Haarlemmermeer dengan menggunakan tenaga uap menandai terobosan Revolusi Industri di Belanda. Cruquius menampung mesin uap terbesar di dunia.

Cruquius menyimpan mesin uap terbesar di dunia: silinder utamanya memiliki diameter 3,66 meter! Mesin itu dapat mengalirkan hingga 320.000 liter air per menit, setara kolam renang Olimpiade setiap 8 menit. Meski sudah lama tidak berfungsi dan kini menjadi museum ruang mesinnya tidak berubah sejak tahun 1849.

Setelah membeli tiket rombongan diajak oleh pemandu pria yang sudah berumur untuk sekilas mengenalkan bangunan ini. Pertama yang akan dijumpai sebuah tungku yang akan menjadi mesin pacu mesin pompa raksasa ini. Lalu setelah itu kita diajak melihat diorama yang menggambarkan bagaimana kondisi Belanda jika tanpa tanggul dan kerusakan yang akan terjadi jika air tidaki berhasil dipompa.



Lalu setelah itu kita akan ditunjukkan pertunjukan utama bagaimana mesim pompa ini bekerja. Bunyi mesin langsung terdengar begitu mesin dinyalakan. Lalu kita diajak melihat ke luar jendela untuk menyaksikan bagaimana proses air dipompa untuk selanjutnya dialirkan. Hebatnya meski sudah lama tidak digunakan mesin tersebut masih bekerja dengan baik meski sebatas demonstrasi. 



Di musium Cruquius ini kami belajar untuk tidak menyerah dengan keadaan, tetapi bagaimana mengubah keadaan itu menjadi lebih baik dengan ilmu pengetahuan dan iman pastinya. Selain itu kami juga memahami bagaimana akhirnya Belanda memilih bersahabat dengan air ketimbang melawannya. 

Tidak ada komentar