Sebuah masjid tua tersembunyi di South Street sebuah distrik tua yang berada di tempat wisata Dujiangyan. Masjid yang dibangun pada masa Dinasti Ming ini masih terus berdiri hingga kini dan digunakan oleh minoritas muslim untuk melaksanakan ibadah.
Kota Sichuan, Cina, terkenal dengan beragam tempat wisata, salah satunya adalah Dujiangyan. Ini merupakan sistem irigasi yang dibangun pada 256 M dan difungsikan untuk mengatas banjir Sungai Minjiang. Kini, selain menjadi sistem irigasi tempat ini juga menjadi salah satu destinasi terbesar dan terfavorit di Sinchuan.
Di Dujianyan pula berada kota kuno Guanxian. Sejarah panjang kota ini terlihat dari arsitektur bernuansa Dinasti Ming dan Dinasti Qing. Memasuki kota kuno ini kita akan melewati jembatan yang membelah Sungai Minjiang. Banyak orang mengabadikan gambar di atas jembatan. Datang pada sore jelang malam akan sangat indah, mengingat lampu-lampu yang menerangi jembatan dan sungai akan menjadi teman berfoto yang asyik.
Saat menyusuri jalan yang kiri kanannya dipenuhi toko-toko yang menjual segala souvenir dan makanan mata saya terkaget saat melihat sebuah bangunan yang memiliki sebuah tulisan arab pada bagian depannya yang setelah kami pertegas itu bertuliskan masjid.
Kami bertanya pada David, pemandu kami, dan ia juga baru menyadari keberadaan masjid tersebut. Akhirnya kami mencoba memasuki masjid tersebut, Dari papan informasi yang ada masjid tersebut dibangun pada akhir Dinasti Ming lalu dibangun kembali pada awal Dinasti Qing.
Masjid ini berdiri pada lahan seluas 1.445 meter persegi dan dengan luas bangunan 1.064 meter persegi. Ruang utama dibangun dari struktur kayu dengan tiga atap berundak. Di dalam komplek masjid ada rumah-rumah yang dihuni muslim setempat. Sayangnya ketika kami ingin bertanya tidak ada yang bersedia untuk memberikan keterangan. Mereka terkesan menghindar dan hanya berlalu setelah menjawab salam kami.
Sayangnya tidak banyak informasi yang dapat digali pada masjid ini selain keterangan yang ada di papan informasi di depan pintu masuk masjid. Meski begitu kami terpukau dengan kemegahan dan keindahan aksitektur masjid tersebut. Areal masjid juga terlihat kebersihannya. Bahkan ada kotak amal di depan teras masjid jelang masuk ke ruang utama shalat.
Selain keberadaan masjid eksistensi muslim di daerah ini juga ditandai dengan rumah makan muslim yang tersebar di beberapa lokasi. Kami pun tidak mensia-siakan kesempatan ini dengan membeli sate kambing yang dijual oleh salah satu toko. Dengan harga 10 yuan atau sekitar Rp 20.000 kita bisa menikmati satu tusuk sate yang berisi potongan daging kambing yang besar-besar.
Tidak ada komentar