Kisah Sepeda Menjadi Raja Jalan Raya di Belanda




Datang ke Belanda saya membawa sejumlah pertanyaan, benarkah sepeda menjadi transportasi utama? Lalu bagaimana budaya bersepeda  itu tumbuh dan menjadi keseharian di tengah gempuran moda transportasi modern yang bisa dimiliki siapa saja? 

Dulu kita mengenal Belanda karena kincir anginnya. Tapi sekarang kebanyakan orang mengenal Belanda sebagai surga bagi pengendara sepeda. Maka saat tahu akan ke Belanda saya ingin menyaksikan dengan kepada sendiri benarkah jalan-jalan utama di Belanda dipenuhi dengan sepeda. 

Alhamdulillah selama di Belanda saya sempat ke beberapa kota besar seperti Amsterdam, Leiden dan Den Haag. Benar saja. Sepeda ada di mana-mana. Bahkan di jalan-jalan utama. Bila di Indonesia begitu kita keluar stasiun kereta akan melihat parkiran sepeda motor di mana-mana. Maka tidak di Belanda. Mata kita akan dihadapkan oleh parkiran sepeda seperti yang terlihat begitu saya keluar dari Stasiun Amsterdam Central. Ratusan sepeda mengisi tempat parkir yang terdiri dari dua lantai. 

Begitu juga saat menyusuri kota Leiden. Kita lebih mudah melihat sepeda dibanding kendaraan seperti motor atau mobil. Yang menggunakan tidak hanya anak-anak tapi juga orangtua. Juga bukan hanya mahasiswa tapi juga para pekerja kantoran yang menggunakan jas. Sepeda juga digunakan ibu rumah tangga yang membonceng anak-anaknya, baik di depan atau di belakang.



Sepeda seperti raja. Mobil atau motor harus mengalah jika berpapasan dengan pengendara sepeda. Parkiran sepeda bisa terlihat di mana-mana. Di depan pertokoan, di depan tempat tinggal dan di tempat umum lainnya. Sepedanya pun beragam ada yang model modern ada juga yang model ontel. Tempat parkir sepedanya pun keren. Ada yang gratis dan tidak dijaga, ada juga yang bebayar dan sepeda Anda akan bisa masuk ke dalam box yang akan terkunci otomatis menggunakan kartu pembayaran. 




Lalu bagaimana fenomena bersepeda ini menjadi keseharian masyarakat Belanda? 

Dalam How Amsterdam became the bicycle capital of the world, Renate van der Zee, jurnalis Belanda menulis pada tahun 60-70 an sebagaimana negara sedang berkembang, Belanda memandang mobil akan menjadi kendaraan masa depan. Jalanan dibangun untuk memberi akses bagi kendaraan bermotor. Pengguna sepeda berkurang 6 persen setiap tahunnya, hingga pengendara sepeda akan hilang sama sekali. Jalanan tidak lagi milik orang-orang yang tinggal di sana, tetapi untuk arus lalu lintas yang sangat padat. 

Imbasnya banyak kecelakaan lalu lintas terjadi. Pada tahun 1971 angka kematian akibat kecelakaan lalu linta mencapai 3.300 jiwa, dimana 400 diantaranya adalah anak-anak.

Dimotori oleh Maartje van Putten, anggota parlemen saat itu, aksi protes pun terjadi dengan tagline Stop de Kindermoord atau hentikan pembunuhan anak-anak. 

Saya adalah seorang ibu muda yang tinggal di Amsterdam dan saya menyaksikan beberapa kecelakaan lalu lintas di lingkungan saya di mana anak-anak terluka,” kenang van Putten. “Saya melihat bagaimana bagian kota dirobohkan untuk membuat jalan. Saya sangat khawatir dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Jalanan tidak lagi milik orang-orang yang tinggal di sana, tetapi untuk arus lalu lintas yang sangat besar. Itu membuat saya sangat marah”

Seperti bola salju, aksi ini membesar. Para anggota Stop de Kindermoord, dengan sepeda mereka, memblokade jalan dan menutup jalan pada hari-hari tertentu agar anak-anak bisa bermain dengan aman.“Kami meletakkan meja di luar dan mengadakan pesta makan malam besar di jalan kami. Dan lucunya, polisi sangat membantu. ”

Kehilangan yang mengejutkan ini memicu protes oleh berbagai kelompok aksi, yang paling berkesan adalah Stop de Kindermoord ("hentikan pembunuhan anak-anak"). Presiden pertamanya adalah mantan anggota parlemen Belanda, Maartje van Putten.

Lalu krisis minyak yang terjadi pada tahun 1973 semakin mendukung gerakan bersepeda ini. Dalam pidatonya di televisi, perdana menteri Den Uyl mendesak warga Belanda untuk mengadopsi gaya hidup baru dan serius menghemat energi. Pemerintah mengumumkan serangkaian hari Minggu bebas mobil: hari-hari akhir pekan yang sangat tenang ketika anak-anak bermain di jalan raya yang sepi dan orang-orang tiba-tiba teringat akan seperti apa kehidupan sebelum hegemoni mobil.

Lambat laun, politisi Belanda menjadi sadar akan banyak keuntungan dari bersepeda, dan kebijakan transportasi mereka bergeser. Pada 1980-an, kota-kota di Belanda mulai memperkenalkan langkah-langkah untuk membuat jalan mereka lebih ramah siklus. Awalnya, tujuan mereka jauh dari ambisi; idenya adalah hanya untuk menjaga pengendara sepeda di sepeda mereka. Tapi kini sepeda menjadi alat transportasi mayoritas masyarakat Belanda. 


*sayang banyak foto pesepeda di Amsterdam dan Leiden hilang karena lupa backup penyimpanan di HP 





Tidak ada komentar